FTMM NEWS – Saat ini teknologi nano telah berkembang pesat dan diaplikasikan di berbagai bidang, salah satunya bidang pertanian. Beberapa negara berkembang lain, seperti India, telah menerapkan teknologi nano sebagai pestisida. Aplikasi di bidang ini menjawab tantangan penggunaan pestisida konvensional yang cenderung tidak efektif untuk mengatasi hama pertanian. Penggunaan pestisida konvensional memiliki beberapa kekurangan, salah satunya adalah biaya yang relatif mahal. Selain itu, pestisida konvensional menyebabkan penyemprotan tidak tertarget. Hal ini menyebabkan banyak bahan aktif pestisida yang hilang di lingkungan, menguap, terlarut dengan air hujan, dan menimbulkan pencemaran. Hilangnya pestisida di lingkungan menyebabkan hanya sekitar 5-10% pestisida yang berfungsinya secara efektif.

Dengan adanya teknologi nano, memungkinkan untuk mengemas pestisida dalam nanoemulsi, nanopartikel, atau nanokapsul. Kemasan nanopestisida ini dapat dihantarkan dalam bentuk suspensi atau padatan dengan sifat yang lebih stabil di lingkungan, dapat dihantarkan dan dilepaskan secara slow release, bahkan tertarget pada tanaman yang sudah terkena penyakit sehingga dapat diobati sebelum tanaman tersebut mati, maupun mencegah penyebaran hama ke tanaman lainnya.

Penggunaan nanopestisida dapat mengurangi biaya karena tidak memerlukan bahan aktif yang banyak dengan proses slow release dan mengurangi pencemaran di lingkungan. Akibat terkontrolnya hama ialah keberhasilan produk pertanian akan meningkat. Hal ini dapat berpotensi untuk mengurangi kelaparan serta kekurangan pangan untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan. Oleh karena itu, perlu banyak penelitian dan pengembangan teknologi nano di bidang pertanian yang dapat menunjang keberhasilan tujuan zero hunger di Indonesia, maupun dunia.

 

Penulis:  Ilma Amalina, dosen Rekayasa Nanoteknologi, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin, Universitas Airlangga

Editor: Rizky Astari Rahmania

source
https://unair.ac.id

By sintek