Potret Dr. drg. Prihartini Widiyanti, S.Bio., M.Kes. saat melakukan penelitian kornea buatan

Dr. drg. Prihartini Widiyanti, S.Bio., M.Kes. atau yang kerap disapa bu yanti berhasil menemukan formulasi pembuatan kornea buatan yang terdiri dari komposit kolagen, kitosan dan natrium hialuronat.

Bu yanti menyatakan bahwa tingkat kejadian kebutaan akibat cedera kornea masih cukup tinggi di Indonesia. Hal ini mendorongnya untuk melakukan penelitian dan pengembangan membran kornea buatan yang menggunakan formula khusus berupa kolagen, kitosan, dan natrium hialuronat.

“Dengan demikian, saya tengah melakukan penelitian dan pengembangan membran kornea buatan dengan tujuan memperbaiki dan mengatasi ulkus (luka) pada kornea yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan,” jelasnya.

Penelitian mengenai formula khusus untuk kornea buatan ini sudah dimulai sejak tahun 2015. Berbagai langkah penelitian telah dijalani, termasuk uji coba in vivo dan pemasangan pada hewan percobaan.

“Penelitian ini dimulai pada tahun 2015 dan alhamdulillah telah melewati tahap uji coba in vivo, artinya kami sudah mencoba memasangnya pada hewan percobaan,” tambahnya.

Dalam proses pengembangan inovasinya, peneliti senior dari Institute of Tropical Disease (ITD) UNAIR tidak bekerja secara individu. Ia menjalin kerjasama dengan berbagai tingkatan mahasiswa, termasuk dokter yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), serta dokter spesialis mata.

“Untuk pengembangan kornea buatan ini, kerjasama tidak hanya terbatas pada mahasiswa tingkat S1, melainkan juga melibatkan mahasiswa tingkat S2, S3, dari program Teknik Biomedik, dan ilmu pengetahuan alam (MIPA) di FST UNAIR. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan rekan-rekan di RSUA Divisi Mata,” katanya.

Selanjutnya, bu yanti menjelaskan bahwa kerjasama tersebut merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam pengembangan inovasinya ini. Karena dalam keseluruhan proses pengembangan, mulai dari penelitian awal hingga uji coba implantasi pada manusia, diperlukan kolaborasi lintas disiplin ilmu.

“Tentunya, kerja sama ini sangat diperlukan. Jadi, pengembangan dan pembuatan dilakukan oleh mahasiswa dari FST bekerja sama dengan kolega-kolega dari ITD. Kemudian, proses implantasi akan dilakukan oleh dokter-dokter PPDS dan dokter mata,” terangnya.

Sebagai seorang peneliti, bu yanti sangat ingin memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Oleh karena itu, harapannya adalah agar inovasinya dapat segera didistribusikan dan digunakan secara luas oleh masyarakat.

Bu yanti sangat berharap agar para peneliti seperti dirinya dapat mendapatkan dukungan dan perhatian dari pemerintah, universitas, serta rekan-rekan sesama peneliti. Menurutnya, dukungan ini akan sangat membantu dalam mempertahankan semangat untuk terus berkontribusi dan membawa karya-karya dari anak-anak bangsa untuk bersaing di tingkat internasional.

“Tentu saja, ini juga merupakan perjuangan yang tak mudah. Perjuangan untuk meyakinkan rekan-rekan di bidang medis agar terus mendukung karya-karya buatan anak bangsa, sehingga kita bisa lebih kompetitif di tingkat global,” ungkapnya.

Editor : Deden Cahya Maulana

source
https://unair.ac.id

By sintek