Dalam era industri 4.0, selain teknologi canggih, keberlanjutan juga menjadi fokus utama. Keberlanjutan ini penting untuk menjaga kelangsungan hidup manusia dan alam.

Kualitas air sungai di Indonesia, terutama di kota-kota besar, seringkali sangat buruk dan berbau tidak sedap. Prof. Affiani Machmudah, seorang dosen di Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga, telah mengembangkan metode Specific Ultra Violet Absorbance (SUVA) untuk mendeteksi kandungan karsinogenik dalam air tawar.

Metode SUVA melibatkan pengukuran absorbansi Ultra Violet (UV) pada panjang gelombang 254 nm dalam sampel air. Hal ini membantu dalam memperkirakan persentase kandungan karbon aromatik dari asam humat, yang dapat menjadi indikator karsinogenik dalam air.

Penelitian ini dilakukan di Sungai Perak, Malaysia, dengan hasil menunjukkan bahwa nilai SUVA 254 air tawar di sana melebihi standar kualitas air yang ditetapkan oleh Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan adanya senyawa aromatik yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Penelitian ini menjadi penting karena air sungai tersebut digunakan untuk keperluan domestik, pertanian, dan industri di wilayah Perak. Hasil penelitian menyarankan perlunya tindakan lebih lanjut untuk pengolahan air yang lebih baik di wilayah tersebut, terutama dalam rangka mengatasi kandungan karsinogenik dalam air yang memengaruhi komoditas pertanian dan kesehatan manusia.

Penelitian ini menyoroti urgensi pengawasan kualitas air di bantaran sungai untuk menjaga keberlanjutan kehidupan manusia dan lingkungan.

By Nuroq