FTMM NEWS – Univeritas Airlangga (UNAIR) memberikan dukungan penuh kepada mahasiswanya untuk turut aktif dalam kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Melalui MBKM, Kemendikbudristek memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mengasah minat dan bakat sebagai langkah awal sebelum terjun ke dunia kerja.

Seperti yang halnya sejumlah mahasiswa Teknik Industri Fakultas Teknologi Maju dan Multidisplin (FTMM) yang tengah menjalani program Wirausaha Merdeka (WMK). Mereka adalah Maissy Ar Maghfiroh (2020), M Zidane Ramadhani (2020), Faishal Azka (2020), Amadeo Lemuel (2020), Afiq Zulfa Mubarak (2021), Rafi Satria Wicaksono (2021), Salsa Indramaharani (2021), dan Justin Andrew Hartono (2021), serta dua mahasiswa Sistem Informasi yaitu M Rahmadhani Ferdiansyah (2020) dan Mukhamad Ikhsanudin (2020). Program tersebut berlangsung selama satu semester hingga Desember mendatang.

WMK UNAIR atau Airlangga Collaborative Entrepreneur Camp (ACEC) merupakan sarana bagi mahasiswa untuk meniti karier dan menanamkan pola pikir kritis mahasiswa melalui pengalaman kewirausahaan. Pada tahun pertama kegiatan ini, UNAIR menerima 400 mahasiswa yang berasal dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Kepada FTMM NEWS, Maissy dan Afiq mengungkapkan bahwa kegiatan ACEC terbagi dalam tiga tahap utama, yaitu ideapreneur (pre-immersion), entrepreneur pathways (immersion), dan startupreneur (post-immersion).

“Tahapan utama tersebut saling berkaitan. Setiap minggu, mahasiswa mengikuti perkuliahan dengan pematerinya adalah praktisi wirausaha atau CEO ternama. Selain itu, mahasiswa ACEC melakukan magang di UMKM untuk terjun langsung melakukan praktik dan mempelajari bisnis,” ucap Maissy.

Catch n Crunch Dukung SDGs 

Mahasiswa FTMM tersebut berhasil mengusung inovasi kukis ikan bernama Catch n Crunch. Ide tersebut Maissy cetuskan sebab berawal dari angka konsumsi ikan Indonesia yang belum mencapai target dan kekayaan laut yang melimpah. Namun, kekayaan laut tersebut belum sepenuhnya berdampak bagi masyarakat Indonesia.

“Pada kenyataannya, masih banyak masyarakat Indonesia yang kekurangan gizi, khususnya pada protein hewani. Hal tersebut juga menjadi penyebab bayi lahir Indonesia hanya memiliki IQ sebesar 89, masih di bawah rerata ASEAN yang mencapai IQ 91,3,” tambah Afiq.

Di sisi lain, Catch n Crunch berfokus pada Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-3, yaitu good health and well-being. Melalui Catch n Crunch, diharapkan Indonesia memiliki peluang untuk mengurangi defisit nutrisi dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. 

“Pada Demo Day ACEC 17 Oktober lalu, kami berkesempatan memperkenalkan produk Catch n Crunch. Alhamdulillah kukis ini laris terjual dan mendapatkan banyak komentar positif,” tutup Maissy.

Penulis: Maissy Ar Maghfiroh dan Afiq Zulfa Mubarak

Editor :

source
https://unair.ac.id

By sintek