FTMM NEWS – Lahirnya kecerdasan buatan (AI) telah membuka gerbang bagi berbagai kemajuan teknologi yang luar biasa. Dari mobil self-driving hingga asisten virtual yang cerdas, AI telah merevolusi cara kita hidup dan bekerja. Namun, di balik potensinya yang besar, AI juga membawa ancaman baru yang tak terduga, yaitu Serangan Injeksi Prompt.

Serangan ini memanfaatkan kelemahan sistem AI yang merupakan model bahasa. Menggunakan sejumlah besar data teks dalam melatih model, dan mereka belajar untuk menghasilkan teks yang mirip dengan data pelatihan. Memasukan “prompt” atau perintah berbahaya ke dalam pelatihan, dapat mempengaruhi perilaku dan keluaran teks berbahaya, menipu dan melanggar hukum

Contohnya, penyerang dapat memasukkan prompt yang mendorong AI untuk membuat konten rasis, misoginis, atau penuh ujaran kebencian. Dalam kasus lain, prompt dapat menipu dan mengendalikan AI agar menghasilkan berita palsu atau menyebarkan propaganda.

Sementara berbagai aspek kehidupan telah menggunakan AI sehingga injeksi prompt menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Contoh penggunaan AI adalah chatbot, mesin pencari, bahkan sistem pengenalan wajah. Jika sistem ini disusupi, konsekuensinya bisa sangat serius.

Memanipulasi chatbot dengan serangan Injeksi Prompt untuk menyebarkan informasi palsu merupakan tindakan berbahaya yang dapat membawa konsekuensi serius.Akibat yang terjadi adalah hilangnya kepercayaan masyarakat pada teknologi, memicu perselisihan sosial, dan bahkan membahayakan keselamatan.

Langkah yang Dapat Diambil untuk Mengantisipasi

  • Memperkuat keamanan data pelatihan

Perlunya perlindungan ketat terhadap data latih AI harus  untuk mencegah akses yang tidak sah. Salah satunya dengan menerapkan kontrol akses yang kuat, enkripsi data, dan pemantauan aktivitas yang mencurigakan.

  • Mengembangkan teknik deteksi intrusi

Sistem AI harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mencegah prompt berbahaya. Teknik ini dapat menggunakan analisis teks, pembelajaran mesin, dan bahkan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi pola yang mencurigakan.

  • Meningkatkan transparansi AI

Pengguna harus mengetahui bagaimana AI bekerja dan bagaimana AI menggunakan data mereka. Perlu adanya dokumentasi yang jelas, menawarkan opsi privasi yang komprehensif mengenai tindakan pada data pengguna.

  • Mempromosikan edukasi dan kesadaran publik

Perlu adanya pihak yang menghimbau masyarakat mengenai potensi bahaya Serangan Injeksi Prompt dan bagaimana cara melindungi diri mereka. Dengan melalui kampanye edukasi publik, program pelatihan untuk pengembang AI, dan penelitian lebih lanjut tentang keamanan AI.

Serangan Injeksi Prompt adalah tantangan baru yang harus dihadapi di era kecerdasan buatan. Dengan bekerja sama, kita dapat melindungi diri kita dari bahaya ini dan memastikan bahwa adanya pemanfaatan AI secara bijak.

Namun, ini bukan hanya tanggung jawab para ahli dan pengembang AI. Masyarakat luas juga harus berperan aktif dalam memastikan bahwa bertanggung jawab dan etis ketika menggunakan AI. Perlu adanya transparansi dari perusahaan teknologi, mendukung penelitian tentang keamanan AI, dan mendidik tentang potensi bahaya Serangan Injeksi Prompt.

Dengan bekerja sama, kita dapat membangun masa depan di mana AI digunakan untuk kebaikan, bukan untuk kejahatan.

Referensi:

Cohen, R. Bitton, and B. Nassi, “Here Comes The AI Worm: Unleashing Zero-click Worms that Target GenAI-Powered Applications,” arXiv.org, Mar. 05, 2024. https://arxiv.org/abs/2403.02817
Deng et al., “Jailbreaker: Automated Jailbreak Across Multiple Large Language Model Chatbots,” arXiv.org, Jul. 15, 2023. https://arxiv.org/abs/2307.08715 (accessed Oct. 08, 2023).
Bagdasaryan, T.-Y. Hsieh, B. Nassi, and V. Shmatikov, “Abusing Images and Sounds for Indirect Instruction Injection in Multi-Modal LLMs,” arXiv (Cornell University), Jan. 2023, doi: https://doi.org/10.48550/arxiv.2307.10490.

 

Penulis : Ahmad Maula Robby, Mahasiswa TRKB

Editor : Muhammad Alesha Fadhana

source
https://unair.ac.id

By sintek